Kamis, 10 Desember 2015

Permata Jiwa


Numpang Sepenggal kata, untuk melepaskan imaji di tempat ini, beban hati bukan untuk disimpan dalam dompet kecil, kata Ibu, lupakan masa lalu, dan selalu menatap kedepan


Permata Jiwa


Aku melihat angin dan hujan bersipaku dalam kerumunan siang
Menawarkan hening pada puncak kemayangan
Gelisah menguingkit hati
Melamunkan bayangan yang terpasang dilubuk marcapada

Ia sijelita perangkai bahagia dimasa silam
Keanggunan tingkahnya seperti dua merpati yang tiada puas melanglang buana
Senyum dan tangisnya bagai suara bidadari menggiang dikelopak telinga
Permata jiwa mnyinggahi kamar waktu
Menggelitiki kaki, meriasi kelambu lorong waktu

Aku mengerjapi retina masa
Tiada puas memandang ketika sosoknya belum tergantikan
Senyum tipis.........yeahhhhhhh
Aku menatapnya sebagai masa lalu dengan selaksa keindahan






Tidak ada komentar:

Posting Komentar