Membajak Sawah
Pada masa lampau ketika penulis melakoni masa kecil, ada
sebuah kenangan yang paling mengasikkan ketika ikut orang tua disawah. Ketika
musim musim tanam padi penulis ikut-ikutan menceburkan diri, bergumul dengan
lumpur. Bayangin bagaimana rupa dan lumpur di sekujur tubuh. Namun begitu
bahagia itu selalu menghias dan mewarnai hari.
Kini tiba waktunya membajak sawah dilaut. Hemmmm......sepasang
kerbau yang gagah dirakit untuk kemudian menarik beberapa kayu yang dirangkai
untuk kemudian menjadi olahan yang siap ditanami benih padi. Dan penulis ikut
naik bersama orang yang mengendalikan bajak itu. Bagaimana.....? pernah tidak
sampean seperti penulis........sebuah hiburan yang menarik dan mengasyikkan
melebihi naik mobil wisata. Hahahaha
Di desa singojo khususnya didusun
taruman taruman tercinta sistem membajak sawah memakai kerbau masih saja
diberlakukan hingga sekarang ini, karena selain kurangnya alat modern yang ada
didusun taruman juga karena petani lebih senang dengan kotoran kerbau yang bisa
menjadikan pupuk alami bagi tanaman. Namun adakalanya petani juga sering mengeluh, ketika mereka sulit
mendapatkan tenaga untuk membajak swah mereka. Luasnya area persawahan
menjadikan mereka harus mengantri untuk mendapatkan tenaga itu. Hingga mereka
sering terlambat dalam menanam. Lihat saja perbedaannya, dengan membajak
memakai kerbau biasanya memakan waktu setengan hari penuh adakalanya dua tiga
hari apabila lumayan luas, mula-mula di luku agar tanh menjadi bongkahn2 yang
kemudian digaru alias dirataka.
Sementara
bila memakai alat modern atau traktok dalam beberapa jam saja sudah
menyelesaikan beberapa petak sawah. inilah impian bagi warga taruman,
penyelesain pekerjaan yang lebih cepat dan mumpuni dalam segi waktu,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar